Advertise Here

TAMAN ILMU

- Another Blogger Blog's

Pengunjung Blog




Jilbab merupakan suatu perwujudan pakaian utama setelah pakaian inti, yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh setiap orang yang mengaku sebagai muslimah. Secara umum pakaian merupakan sarana untuk menutupi bagian-bagian tubuh yang harus dijaga kehormatannya, yang menurut syari’at disebut aurat. Apa itu yang dimiliki oleh seorang laki-laki atau yang dimiliki oleh seorang perempuan. Hal ini dapat kita lihat dan kita fahami dari Firman Alloh SWT yang dibukukan dalam Al-Qur’an surat Al A’rof ayat 26.
Yang artinya: “Wahai anak cucu adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Alloh, mudah-mudahan mereka selalu ingat”. (QS. Al-A’rof: 26)
Yang dimaksud pakaian utama adalah pakaian yang berfungsi sebagai sarana untuk menutupi aurat wanita. Bagian tubuh atas, yaitu kepala, leher dan dada. Sekalipun sudah ada pakaian yang menutupnya. Sebagaimana di Firmankan oleh Alloh SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 59.
Yang artinya: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’minin. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya di tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Alloh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Demikian juga di Firmankan Alloh SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 31.
Yang artinya: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung kedadanya …..”.
Selanjutnya, yang dimaksud pakaian inti adalah pakaian yang berfungsi sebagai penutup aurat vital pada tubuh bagian tengah, agar terjaga kehormatannya. Hal ini di Firmankan oleh Alloh SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 31.
Yang artinya: “Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya”.
Dan dikuatkan dengan Firman Alloh SWT dalam Al-Qur’an surat Al-A’rof ayat 27.
Yang artinya: “Wahai anak cucu adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya”.
Dari ayat-ayat Al-Qur’an diatas, ternyata masih ada hal-hal yang sangat penting untuk di fahami dan untuk diamalkan. Baik yang dimunculkan dari jilbab secara khusus maupun pakaian secara umum, misalnya:
1. Sebagai pakaian indah untuk perhiasan
Dari kata ini kita temukan makna yang sangat menguntungkan bagi pemakainya, yaitu mendatangkan kegembiraan, percaya diri, hilang sifat malu dalam menghadapi pergaulan.
2. Mudah dikenal dan tidak diganggu
Dari kata ini dapat kita temukan beberapa hikmah, antara lain:
a. Untuk menunjukkan identitas diri seorang muslimah
Orang yang menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan oleh agama dan selalu ingin berbuat sesuatu yang di wajibkan.
b. Agar terhindar dari gangguan
3. Pakaian taqwa itu lebih baik
Dari kata ini dapat kita fahami dan kita yakini bahwa berpakaian taqwa itu lebih baik dari pada berpakaian yang terbuat dari kain. Dimana pakaian taqwa sudah barang tentu sesuatu yang sangat menguntungkan bagi kehidupan pemakainya di alam akherat nanti. Yaitu dibebaskan dari siksa neraka dan ditempatkan di surga. Sedangkan pakaian dari kain belum tentu perolehannya karena masih ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi.
Secara syar’i kita sadari bahwa pakaian yang menutupi aurat termasuk jilbab merupakan sarana yang sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian muslimah. Yang tampak secara lahiriah saja wanita yang berjilbab, otomatis malu dan enggan untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh, apalagi hal-hal yang mengarah pada perzinaan, hal ini sangat tabu dihati seorang muslimah. Dengan demikian sedikit demi sedikit sifat lahiriahnya itu dapat mempengaruhi sifat batinnya yang akhirnya terbentuklah kepribadian muslimah yang sebenarnya.
Selanjutnya setelah terbentuk kepribadian muslimah sifat ketunduk patuhan atau ketaqwaan benar-benar menjadi tumpuan dalam kehidupannya.
Namun perlu disesalkan, kenyataan berbicara banyak perempuan muslim yang tidak menampakkan identitas kemuslimahannya, misalnya mengaku seorang muslim tetapi tidak mau memakai jilbab, bahkan meyakini bahwa jilbab sangat mengganggu keanggunan tubuh dan mengganggu aktivitasnya (karirnya). Dan juga sangat disayangkan, bagi seorang muslim memakai kerudung atau jilbab yang tidak mengarah pada hakekatnya, yaitu sebagai penutup pembayangan aurat dibalik jilbabnya. Dengan cara memasukkan lembaran ujung kerudung didalam bajunya sehingga nampak jelas kemontokan aurat pada dadanya. Apabila kita ukur dengan ketetapan Rosul, pakaian yang di haramkan adalah:
1. Pakaian yang dibuat dari kain yang tipis atau transparan, sehingga tampak jelas apa yang ada didalamnya.
2. Pakaian yang dibuat dengan kain yang kurang yang tidak menutupi seluruh auratnya.
3. Pakaian yang dibuat ketat sehingga tampak jelas tonjolan-tonjolan / lekukan-lekukan aurat wanita.
Sangat jelas bagi kita bahwa pakaian yang seperti itu oleh rosul dianggap telanjang, karena pakaian itu tidak dapat berfungsi sebagai penutup aurat yang dimiliki.
Islam mengajarkan bahwa kebahagiaan hanya dapat diwujudkan dengan keshalihan artinya dengan aturan yang ditetapkan oleh dzat yang memiliki kebahagiaan yaitu Alloh SWT, termasuk didalamnya sunah-sunah Rosul yang terbimbing dengan wahyu-wahyu Alloh SWT. Salah satu contoh sabda Rosul:
Yang artinya: “dunia itu kesenangan / kebahagiaan dan sebaik-baik kesenangan / kebahagiaan adalah wanita yang sholihah”.
Karena itu, mari kita jihad kepada diri kita sebagai seorang muslimah, khususnya mengistiqomahkan kepribadian muslimah dengan cara senantiasa membudayakan syari’at berjilbab secara haq, sebagaimana sabda Rosul:
Yang artinya: “Ya Asma’ Sesungguhnya wanita itu jika telah mencapai mahidl (keluar darah haid) tidak sholih terlihat darinya kecuali ini dan ini. Beliau memberi isyarat / menunjuk ke arah muka dan kedua telapak tangan”.
Mari kita perhatikan benar-benar tentang resiko hukum berpakaian yang diharamkan, sebagaimana disabdakan Rosul:
Yang artinya: “sesungguhnya termasuk ahli neraka, perempuan berpakaian tetapi telanjang, condong kepada kemaksiatan dan menarik orang lain untuk bermaksiat. Mereka itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya (bau surga)”.
Read more >>
Comments: (0)


“Subhanalloh.. lihatlah, Fan! Sekelompok semut ini sangat mengagumkan.” ujar Via ketika mengamati barisan semut yang berjalan di dinding ruang kelas. Setiap hari ada pembagian regu piket kerja untuk membersihkan ruang kelas. Fanda bersama temannya, Via sedang menjalankan kewajibannya yaitu membersihkan ruang kelas. Mereka, dua pelajar Sekolah Menengah Atas SUKA MAJU.

“Kalau kita amati. Semut adalah binatang yang tertib dan disiplin. Ketika semut berjalan bersama kelompoknya, mereka berbaris dengan urut runtut. Coba bandingkan dengan manusia, Fanda. Selalu tak sabar mengantri dan saling berebut minta didahulukan. Bagaimana bisa berbaris urut ya, Via?”

“Semut adalah binatang yang hidup berkelompok. Semut akan berjalan mengikuti aroma yang ditinggalkan oleh pemimpin kelompoknya. Wallohu A’lam.. aroma seperti apa yang semut miliki.” jelas Via kepada Fanda.

“Dan kamu tahu, Fanda? Semut selalu bekerja secara gotong royong. Mencari makanan yang ternyata itu bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi untuk dimakan bersama-sama. Semut adalah binatang yang ramah setiap kali bertemu dengan teman-temannya. Semut selalu berhenti sejenak. Menyapa, salam-salaman, mungkin itu yang semut lakukan. Coba kamu amati Fan!” lanjut Via.

“Benar, Via. Bagaimana dengan kita manusia yang punya akal? Jangankan menyapa dan memberi salam. Bertemu orang yang tidak disukai saja pura-pura tidak melihat. Kalau diamati, semut juga pantang menyerah. Misalkan jalannya kita halangi dengan menaruhkan sesuatu, pasti semut akan berusaha keras untuk menghindar dan mencari jalan lain. Semut tak pernah diam, pasrah menerima nasibnya.” sahut Fanda.

Banyak pelajaran yang kita ambil dari sosok binatang kecil ini. Semut mengajarkan kepada kita bagaimana menjadi seorang pekerja keras yang selalu berjuang dan pantang menyerah. Semut mengajarkan kita tentang berbuat baik kepada sesama, saling menyapa dan mamberi salam apabila ketemu dengan saudara-saudara kita. Bermusuhan adalah hal yang paling tidak disukai Alloh SWT, karena mengakibatkan terjadinya perceraian.

Semut mengajarkan kepada kita bahwa hidup itu harus berbagi dengan saudara-saudara kita, meskipun rejeki itu berasal dari usaha kita sendiri. Setiap orang bisa menjadi pahlawan bagi siapa saja. Baik bagi keluarga kita maupun orang lain. Semut selalu mementingkan kepentingan bersama dan tak pernah egois mementingkan pribadi sendiri.

Betapa tidak sempurnanya sifat manusia. Kita makhluk Alloh SWT yang dianugerahkan kesempurnaan, namun kurang bisa memanfaatkan dan mensyukurinya. Kita masih harus terus belajar dari binatang kecil ini. Lihatlah! Semut yang begitu kecil punya begitu banyak hal dalam hidupnya, yang bisa kita jadikan pelajaran dan kita bisa belajar dari hal-hal kecil sekalipun.

Sambil membersihkan ruangan, mereka mendapat ilmu dari binatang kecil. Mereka mendapat pelajaran itu dengan tidak disengaja datangnya. Sungguh, mereka senang sekali. Gotong royong membersihkan ruang kelas menjadi penuh semangat. Tugasnyapun menjadi cepat selesai. Mereka bisa lebih santai menunggu bel masuk kelas berbunyi. Masih ada waktu untuk membuka-buka buku dan membacanya. Maha Suci Alloh Pencipta Yang Maha Agung.
Read more >>
Comments: (1)
Setiap hari, aku terbiasa makan banyak. Aku makan sehari 4 kali. Porsinyapun tak kalah dengan orang laki-laki. Ditempat kerja aku selalu dijuluki si bagor oleh rekan kerjaku. Karena kontrak kerjaku telah selesai, sekarang aku tidak bekerja lagi. Tabunganku semakin menipis, aku anak dari orang tua yang pas-pasan. Keadaan ini membuatku resah, apa aku masih bisa makan banyak?

Bulan ramadhan telah tiba, kita umat islam wajib menjalankan puasa. Bulan ramadhan merupakan bulan yang penuh ampunan dan keberkahan. Di bulan ramadhan ini kita sekeluarga jarang makan diluar. kita memasak sendiri. Setiap hari menu kita selalu komplit dan bervariasi.

Ibuku membuat kolak ketela kesukaanku, dan masih ada makanan-makanan lain yang membuat kita menjadi kenyang. Ketika aku menikmati kolak ketela, setelah menghabiskannya, aku sudah merasa kenyang sekali, bahkan nafsu makanku sudah hilang. Menjelang tidur aku masih terasa kenyang, akhirnya aku tidak makan nasi. Aku tidur dengan pulas sampai tiba waktu sahur. Ketika sahur aku masih kekenyangan. Aku hanya makan sedikit.

Hal ini tidak terjadi satu atau dua kali. Selama bulan puasa aku mengalami seperti itu. Keadaan ini membuatku merenung dan berfikir, dulu aku selalu makan sehari 4 kali, itupun dengan porsi yang cukup banyak. Setelah tiba bulan ramadhan , nafsu makanku menjadi berkurang. Dengan minum kurang dari semangkuk kolak ketela, perutku sudah terasa kenyang.

Ketika aku mengikuti kajian pembekalan di masjid, ustadz menjelaskan tentang hidup yang boros. Dalam kajian itu ustadz menerangkan Firman Alloh SWT, QS. Al isra’ ayat 26-27. “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros" (26), "Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya" (27). Dalam ayat ini dijelaskan bahwa, orang muslim yang berlebihan adalah teman setan. Malam hari sebelum tidur aku sempat teringat apa yang ustadz terangkan tadi sore. Aku merenung dan mengaitkannya dengan kebiasaan makanku yang berlebihan itu. Aku pikir berlebihan itu sama dengan pemborosan. Astagfirullohal’adzim.. Yaa Alloh.. lindungilah kami semua (umatmu) dari bujuk rayu syaiton yang selalu menyesatkan. Alhamdulillahirrobbil’alamiin, dibulan suci ini aku diberi keberkahan. Aku mampu merubah kebiasaan burukku menjadi lebih baik. Ramadhan telah membuatku dapat memperbaiki kebiasaan dari makan banyak menjadi secukupnya saja. Sungguh ini keberkahan di bulan suci ramadhan. Kini aku tidak lagi menjadi orang yang berlebihan dan aku sudah tidak dijuluki si  Bagor.
Read more >>

Sebiru Hari Ini : Edcoustic